Inilah Sejarah Perayaan Cap Go Meh dan Yuan Xiao di Kota Manado
Setiap tahun banyak masyarakat Manado menonton perayaan Cap Go Meh. Akan tetapi banyak di antara mereka tidak tahu sejarah perayaan itu.
Penulis: David Manewus | Editor: Dinar Fitra Maghiszha
Simbolnya keliling atau jalan mengelilingi beberapa jalan raya (pasiar).
Istilah lain yang berhubungan dengan Capgomeh adalah Xun Jing 巡境 secara harafiah memiliki arti Merondai Lingkungan atau berkeliling.
Istilah lain dalam dialek Hokkian (Fujian) adalah Jut Bio atau Keluar Klenteng dan Jiao Keng atau Mengelilingi Lingkungan.
Istilah-istilah tersebut menandakan bahwa maksud diadakan Xun Jing adalah mengusung Kim Sin arca Para Shen Ming keluar Klenteng.
Semua untuk membersihkan lingkungan dan pemukiman dari pengaruh negatif serta memberikan berkat bagi umat manusia tidak terbatas hanya bagi penganutnya saja.
4. Usia
Perayaan Capgomeh di Manado sudah berjalan ratusan tahun sejak adanya bangunan Klenteng pertama di Manado yakni Klenteng Ban Hing Kiong.
Bangunan Klenteng ini sudah ada sejak abad ke 17 berupa dinding dari bambu dan beratap nibong.
Setelah beberapa kali renovasi maka tercatat berdiri bangunan semi permanen pada tahun 1819.
Padahal jauh sebelum itu sudah ada bangunan Klenteng ini.
Orang Tionghoa di Manado sudah ada sejak kedatangan bangsa Eropa di tanah Minahasa (Manado, Wenang).
Interaksi perantauan Tionghoa di tanah Minahasa karena dibawa bangsa Eropa sebagai pekerja.
Bangsa Portugis yang dipimpin Simao d'abreu tiba di Tanah Minahasa tahun 1523.
Bangsa Spanyol yang disebut orang Minahasa bangsa Tasikela (kastela) menginjakkan kakinya di tanah Minahasa tahun 1530.
Ketika kapal Belanda yang dipimpin Jan Lodewijk Rossinggeyn pada tahun 1608 mendarat di Tanah Minahasa (Manado) didirikanlah loji untuk mengumpulkan hasil bumi.
Selanjutnya tahun 1655 dibuat benteng kayu yang diberi nama Nederlandche Vasticheijt.
Tahun 1673 benteng kayu direnovasi menjadi beton dan dinamakan benteng Fort Amsterdam, renovasi ini selesai pada tahun 1703.
Para pekerja Tionghoa mulai mendirikan bangunan rumah di belakang benteng ini yang kelak menjadi kampung Cina Manado.
Lokasi benteng Fort Amsterdam ini sekarang dinamakan pasar 45 dan berdirilah kawasan taman kesatuan bangsa.
Pemukiman Tionghoa yang disebut Ghetto (Loh Tia) atau Kampung Cina Manado oleh bangsa Belanda dipilih seorang Wijkmeester berupa Luitenant dan Kapitein der Chinezeen dengan tujuan menjaga ketertiban dan keamanan serta mempermudah pengawasan.
Halaman selanjutnya
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!